Selasa, 12 Mei 2009

Indahnya Badai Salju di Gunung Yulong

Ketika menerima berita memenangkan trip ke Lijiang dari Sequis Life, sempat terbersit tanya. Tempat wisata apa ini ? Apa menariknya? Terus terang hati ini sempat meremehkan. Saya putuskan untuk surfing internet. Dan tanya itu segera berjawab. Lijiang adalah kota dengan potensi wisata yang luar biasa. Berbagai tempat wisata tersebar di sekitarnya. Dari budaya yang istimewa, gua raksasa yang menakjubkan, hutan batu yang indah, hingga gunung yang agung menjulang, berjubahkan putih salju. Makin penasaran hati untuk menyaksikan kebenarannya.

Lijiang terletak di propinsi Yunnan, China. Berjarak sekitar 120 km di utara Kunming, ibu kota propinsi Yunnan. Mendengar kata Yunnan, sepintas mungkin Anda teringat Yunnan Bai Yao, obat China yang sangat terkenal itu. Bila di Semarang, Anda bisa mendapatkannya di Gang Pinggir. Sebenarnya obat itu diproduksi di Kunming, ibu kota propinsi Yunnan. Bersama rekan Wulan dan Nadiya, kami menuju Lijiang. Jalurnya melewati Hongkong - Kunming - Lijiang. Satu hari penuh dihabiskan untuk transportasi saja. Karena terletak di lokasi dengan ketinggian 3500 m, suhu di Lijiang cukup dingin.

15 km di utara Lijiang, Gunung Yulong tegak berdiri. Ini adalah salah satu puncak Jade Dragon Mountain. Disebut demikian karena ke 13 gunung tersebut nampak dari atas layaknya naga yang menari. Puncak gunung ada di ketinggian 5900 m di atas permukaan laut. Gunung Yulong adalah gunung tertinggi di bagian selatan sungai Yangtze. Puncaknya diselimuti salju abadi. Namun saljunya tidak cukup keras, jadi sering longsor. Ini menyebabkan belum adanya orang yang sukses mendaki sampai puncak.

Dari hotel Treasure Harbour International, kami naik bis wisata menuju gunung Yulong. Sepanjang perjalanan, di kiri kanan terserak pohon pinus. Makin mendekati gunung, pohon cemara ganti mendominasi. Salju yang turun membuat pemandangan makin indah dengan terbentuknya konfigurasi unik bunga salju pada dahan cemara. Indah sekali. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di lapangan parkir. Kami disambut gedung antik yang berdiri dengan angkuhnya, bergaya layaknya bangunan suku Indian di Amerika. Hujan salju yang turun menambah keheningan suasana.

Di dalam gedung kami harus antri tiket untuk naik cable car menuju ketinggian 4506 m. Bisa jadi kita sadar, persiapan belum cukup untuk mengunjungi gunung Yulong. Kalau lupa bawa jaket tebal kita boleh menyewa dengan harga 30 yuan. Kurs sekitar 1800 rupiah. Untuk membeli penutup telinga butuh 10 yuan. Butuh penutup kepala? Siapkanlah 20 yuan untuk mendapatkan topi rusia. Khawatir susah bernafas di ketinggian 4506 m? Beli saja oksigen dengan harga 40 yuan per botol. Ingin merasakan susu yak yang rasanya aneh? Siapkan saja 15 yuan. Kini lengkap sudah persiapan untuk bersilaturahmi dengan gunung Yulong.

Cable car sudah menunggu. Bentuknya seperti kapsul. Ada tempat duduk untuk 6 orang dengan posisi duduk yang saling membelakangi. Cable car ini buatan mana ya? Kalau buatan China, bagaimana safety-nya ya? Khawatir dong. Begitu mengetahui kalau cable car ini buatan Itali, pupus sudah kekhawatiran yang ada. Namun sebetulnya ada 3 hal yang ditakuti cable car. Pertama, petir. Kedua, angin yang bertiup terlalu kencang. Ketiga, listrik mati. Kalau sampai terjadi salah satunya, cable car harus dihentikan. Jelas bukan suasana yang nyaman, tergantung di ketinggian 4506 m tanpa kepastian kapan sampai atau kapan kembali.

Sungguh menawan, duduk di dalam cable car yang merambat naik, menikmati pemandangan di bawah yang berselimut salju. Jendela kaca cable car memburam, tertutup butiran salju yang turun dengan lebatnya. Sementara itu cable car tetap pelan merambat naik sekitar 40 derajat. Setelah menempuh waktu 20 menit, sampailah di cable car station yang memiliki ketinggian 4506 m. Ini cable car station tertinggi di Asia. Menyempatkan berfoto dengan latar belakang bertuliskan ketinggian 4506 m adalah wajib untuk memenuhi tuntutan narsis. Sedikit keluar ada lapangan terbuka tempat wisatawan bisa menikmati ketinggian dengan suhu -11 derajat Celcius. Sampai di sini ada berita terjadi badai salju. Wisatawan diminta turun. Wah bagaimana rasanya sensasi badai salju ya?

Sudah sampai di atas, nanggung kalau tidak bisa menikmati suasana badai salju. Setelah berfoto di bawah bendera China, sensasi badai salju memang terasa benar. Angin menderu bagai desiran baling-baling helikopter. Suaranya seperti auman harimau yang hendak menerkam mangsanya. Sepatu dan sarung tangan tak lagi bisa menahan dingin yang menusuk tulang. Bibir terasa pecah-pecah. Hidung terasa beku, nafas jadi pendek. Angin yang keras terasa menampar pipi dan menusuk mata. Agak perih rasanya. Derasnya angin bahkan mampu menghempaskan tubuh, meski tak sampai terjengkang.

Dan butiran salju itu terhempas kesana kemari. Teriakan kegembiraan terdengar di sana sini. Ekspresi muka yang ceria menyambut badai salju di gunung Yulong. Jaket wisatawan yang aneka warna bagaikan warna warni bunga di putihnya padang salju. Badai terus saja berlagu. Beberapa wisatawan dengan narsisnya merekam ekspresi dan aksi yang nampak lucu. Badai salju di gunung Yulong ternyata membawa keindahan tersendiri.

Puas bermain di lapangan terbuka, membawa kami kembali ke cable car station. Untuk menghangatkan tubuh kami meneguk secangkir susu coklat dengan harga 10 yuan. Ada juga berbagai macam kue untuk pengganjal perut. Harus antri lagi untuk naik cable car menuju ke bawah. Dalam keheningan turunnya salju, terekam salah satu sisi punggung gunung Yulong. Bukit nan terjal dan jurang yang dalam nampak di bawah sana. Cable car tetap turun dengan kecepatan konstan menuju station di bawah, tempat bertemu lagi aneka wajah berbagai bangsa dengan ekspresi puas.

Di kalangan suku bangsa setempat, Naxi, gunung Yulong dipercaya sebagai surga mereka. Tempat bersemayam arwah mereka yang meninggal secara normal. Yang meninggal secara tidak normal, arwahnya akan gentayangan. Pasangan yang tidak disetujui orang tua mereka,misalnya, bisa mengambil jalan pintas dengan makan rumput beracun. Perlu ritual khusus yang dipimpin dukun lokal untuk mengarahkan arwah gentayangan mereka menuju gunung Yulong.